Hama dan Harga Anjlok Musuh Petani Salak Wonosobo

Hama dan Harga Anjlok Musuh Petani Salak Wonosobo

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Di musim panen salak sejak awal November lalu, para petani di beberapa wilayah mengeluhkan rendahnya harga per kilo dari petani. Menurut salah satu pemilik lahan asal Desa Kupangan Kecamatan Sukoharjo, Mukimin, menyebut kesenjangan harga salak di petani dan di pedagang sudah terlalu tinggi. Salak pondoh di pedagang ideal di harga Rp7.500, namun di petani hanya dihargai di kisaran Rp1.500 hingga Rp2.000. “Kalau dihitung dengan kuantitas atau tonase harusnya hitungannya bagus, melimpah, tapi banyak juga yang kena hama dan tidak layak jual karena rusak atau ada beberapa yang busuk. Kalau dihitung dari ongkos panen dan tenaga justeru tidak untung. Kecuali kita mau jual sendiri,” ungkapnya ditemui ketika mengepak hasil panen, kemarin (18/11). Beberapa kawasan seperti Kecamatan Sukoharjo dan Leksono menjadi kawasan sentra penghasil salak pondoh dan selama dua bulan terakhir tengah dalam masa panen untuk periode akhir 2020. Begitu pula kondisi para petani di Desa Manggis, Kecamatan Leksono, Widiyanto yang mencatat sejak 2018 lalu harga salak dari petani memang tidak pernah dinilai menguntungkan. Baca Juga Pohon Tumbang, Arus Lalin Selomerto-Kertek Sempat Macet “Kenaikan harga kadang hanya sebentar di momen tertentu seperti lebaran atau libur panjang. Itu pun terbatas pada masa panen. Karena jangka waktu dipanen sampai dijual tidak bisa lebih dari dua minggu. Resikonya salak kering. Harga ideal dari petani harusnya di Rp5.000 tapi bisa sampai Rp3.000 sekarang sudah bagus,” tuturnya. Diungkapkan Widi, dengan datangnya musim penghujan, risiko salak yang siap panen lebih mudah busuk. Selain itu ada hama tikus maupun serangga yang datang sejak musim kemarau lalu. Serangan hama diungkapkan Widi terjadi sejak awal musim kemarau dua bulan lalu dan belum teratasi hingga masa panen. “Biasanya tikus datang di malam hari dengan jumlah banyak dan meninggalkan bekas gigitan di beberapa bagian salak yang matang. Sehingga tidak bisa diselamatkan dan harus disortir. Kalau dihitung mungkin ada lima sampai sepuluh persen yang biasanya harus dibuang. Selain karena busuk terlalu matang atau karena hama,” pungkasnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: